Selasa, 29 Desember 2015

Tirtayatra



Tirtayatra berasal dari bahasa Sansekerta, yang terdiri dari dua kata yakni Tirta dan Yatra. Tirta menurut kamus bahasa sansekerta dan menurut para ahli mempunyai banyak pengertian seperti pemandian, sungai, kesucian air, toya atau air suci, sungai yang suci atau tempat berziarah. Dari berbagai pengertian tampaknya tirta mempunyai makna kearah yang sama yakni membersihkan atau menyucikan. Sedangkan secara kenyataannya dari pengertian di atas mengarah ke wujud air. Dengan demikian secara umum dapat kita simpulkan tirta adalah air. Sedangkan yatra berarti perjalanan suci. Jadi tirtayatra adalah perjalanan suci untuk mendapatkan atau memperoleh air suci (Suparta, 2005 : 8). Menurut Titib (1994 : 41) Tirtayatra berarti mengunjungi tempat-tempat suci. Istilah lainnya adalah Tirtagamana atau Tirthagocara. Tirtayatra merupakan suatu kegiatan keagamaan untuk meningkatkan kehidupan spiritual (kerohanian) dengan cara mengunjungi tempat-tempat suci kemudian melakukan persembahyangan, melakukan meditasi, dan Japa di tempat tersebut dan kembalinya membawa air suci. Dalam Lontar Peniti Agama Tirtha dikatakan bahwa “Tirtha ngaran amretan “artinya tirtha adalah hidup. Jadi demikian tirtayatra dipahami sebagai perjalanan ketempat-tempat suci atau pura yang mana tujuannya bersembahyang untuk memperoleh air suci atau tirtha. Perjalanan tersebut dapat menuju ketempat suci di luar desa, pegunungan atau pinggir pantai guna memperoleh air suci atau tirtha sebagai simbul amretam/amerta (Suparta, 2005 : 8). Melalui pengabdian kita memperoleh kesucian, dengan kesucian kita mendapatkan kemuliaan, dengan kemuliaan kita mendapatkan kehormatan, dengan kehormatan kita mendapatkan kebenaran, (Yayur Weda, XIX, 30). Tirtayatra dalam bahasa sehari-hari di Bali dipahami dengan Tangkil ke pura-pura. Pura atau tempat suci di Bali sengaja dibangun oleh para pendahulu kita tempat-tempat yang mampu memberikan pancaran atau getaran spiritual. Atau tempat-tempat yang mampu membangkitkan aura dan vibrasi kesucian, serta ketenangan jiwa. Tempat yang mendukung konsentrasi untuk melakukan pemujaan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Keutamaan Tirtayatra tertulis dalam kitab Sarasamuscaya sebagai berikut : “Keutamaan tirtayatra itu amat suci, lebih utama dari pensucian dengan yadnya. Tirtayatra dapat dilakukan oleh orang miskin.” (Sarasamuscaya, 279) (Suparta, 2005 : 9). Penyucian diri lahir bhatin dipandang sebagai tujuan dari tirtayatra melalui pelaksanaan bhakti yang tulus iklas, tekun, sungguh-sungguh, dan dengan kesucian. Tidak memandang orang dalam status atau siapa yang melakukannya sebagai penyerahan diri kehadapan Hyang Maha Kuasa. Bhagawad Gita IX. 30. Mengatakan bahwa : “meskipun seorang yang tingkahnya hina, menyembah Aku dengan penyerahan diri dengan penuh kebhaktian, ia harus digolongkan kepada yang patut, karena ia telah mengambil keputusan yang tepat dan benar”. Disini ditunjukkan kepada kita bahwa bagaimana kekuatan bhakti yang terpusat dapat mengubah jiwa manusia dan sekaligus mengangkat jiwanya pada keadaan yang lebih mulia di hadapan Hyang Widhi Wasa (Suparta, 2005 : 9).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar